Pergerakan nasional yang terjadi dalam kurun waktu 1908 hingga 1945 menjadi tonggak pengobar semangat dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada umumnya, pergerakan nasional ini dilakukan oleh beragam organisasi atau perkumpulan, baik itu pendidikan, perdagangan maupun politik. Dari beragam organisasi yang ada, pernahkah kalian mendengar tentang Indische Partij?
Daftar Isi
Indische Partij sendiri merupakan organisasi yang didirikan oleh tiga tokoh nasional yang dikenal dengan sebutan tiga serangkai yang terdiri dari Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Lalu, bagaimana awal mula terbentuknya organisasi ini? Untuk lebih jelasnya, kali ini Studioliterasi telah merangkumnya secara lengkap pada pembahasan berikut ini.
Sejarah Indische Partij
Indische Partij (Partai Hindia) atau sering disingkat dengan istilah “IP” ini adalah organisasi dalam bidang politik yang didirikan pada masa pergerakan nasional tepatnya pada tanggal 25 Desember 1912 di kota Bandung dan merupakan pengganti organisasi Indische Bond. IP merupakan organisasi yang terdiri dari orang Indo dan Eropa yang berada di Indonesia. Pendirinya merupakan tokoh-tokoh nasional yang dikenal dengan sebutan tiga serangkai. Anggota tiga serangkai yaitu Douwes Dekker (Danudirja Setiabudi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat).
IP dibentuk atas dasar semangat nasionalisme yang terhadap bangsa Indonesia. Organisasi ini memiliki cita-cita untuk menyatukan semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan asli Indonesia maupun keturunan Belanda, Cina, Arab yang mengakui Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya.
Artikel Terkait
Pemerintah kolonial Belanda mulai melihat adanya unsur-unsur radikal di dalam IP sehingga mereka pun mengambil sikap tegas. Pada tanggal 4 Maret 1913, permohonan untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum yang diberikan kepada gubernur jendral pun ditolak. Hal ini karena organisasi ini dianggap dapat mengancam dan merusak keamanan umum.
Penangkapan Tiga Serangkai
Pada tahun 1913, pemerintah Belanda bermaksud untuk memperingati hari kemerdekaan Belanda atas Perancis yang ke seratus tahun. Namun, mereka memaksa rakyat untuk membiayai pesta peringatan itu, sehingga menimbulkan rasa sakit hati bagi bangsa Indonesia.
Penduduk bumiputera (pribumi) yang ada di Bandung mulai membentuk panitia yang disebut Comité tot Herdenking van Nederlands Honderdjarige Vrijheid atau dikenal dengan Komite Bumiputera. Pembentukan komite ini bertujuan untuk membatalkan pembentukan “dewan jajahan” dan menuntut untuk menghapus peraturan pemerintah nomor 111 tentang larangan hidup politik. Selain itu mereka juga memprotes pengumpulan dana dari rakyat untuk pesta peringatan tersebut.
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) yang tak lain adalah pemimpin komite itu juga sempat menuliskan pada artikelnya yang berjudul Als ik een Nederlander was yang isinya tentang sindiran terhadap pemerintah Belanda yang saat itu mengajak rakyat Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan Belanda, padahal mereka telah dijajah oleh Belanda. Hingga pada Agustus 1913, Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda dan dibuang ke Belanda.
Berakhirnya Indische Partij
Ditangkapnya tokoh tiga serangkai membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan IP yang semakin lama semakin menurun. Berbeda dengan keadaan IP yang semakin menurun, kehadiran ketiga tokoh itu di Belanda justru memberikan dampak yang kuat bagi mahasiswa yang belajar disana.
Pada tahun 1918 Douwes Dekker kembali ke Indonesia, namun hal ini tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi Insulinde, manakala pengaruh Sarekat Islam saat itu semakin kuat. Di tahun 1919 Insulinde berubah nama menjadi National Indische Partij (NIP). Sayangnya NIP juga tidak memiliki pengaruh yang berarti bagi rakyat indonesia. Rakyat pribumi lebih memilih untuk mengikuti organisasi-organisasi lain, sedangkan orang Indo-Eropa lebih cenderung bergabung dengan Indische Bond. Hal ini lah yang pada akhirnya menyebabkan dibubarkannya Indische Partij.
Tujuan Indische Partij
Didirikannya organisasi IP ini memiliki beberapa tujuan yaitu untuk membangun rasa patriotisme seluruh rakyat Indonesia terhadap tanah air yang telah memberikan sumber kehidupan kepada mereka, memajukan tanah air Indonesia, menerapkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan, serat mempersiapkan kehidupan rakyat Indonesia sebagai rakyat yang merdeka.
Sikap tegas organisasi ini pun dapat dilihat dari semboyan-semboyan mereka yang berbunyi “Indie Los van Holland” yang artinya Hindia (Indonesia) bebas dari Belanda dan “Indie voor Indier” yang artinya Indonesia untuk orang Indonesia. Cita-cita atau tujuan tersebut juga disebarluaskan melalui surat kabar “De Express”. Bahkan, Ki Hajar Dewantara juga sempat menunjukkan sikap kritis Indische Partij dalam artikelnya yang berjudul “Als ik een Nederlander Was” (Seandainya Aku Seorang Belanda).
Program Kerja Indische Partij
Indische Partij juga melakukan berbagai usaha untuk dapat menciptakan kerjasama antara orang Indo (keturunan Belanda) dan Bumiputera (keturunan asli Indonesia/pribumi). Beberapa usaha tersebut diantaranya yaitu :
- Menyerap cita-cita Hindia (Indonesia).
- Memberantas kesombongan sosial dalam bidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.
- Memberantas usaha-usaha yang mengakibatkan kebencian antar agama.
- Memperbesar pengaruh pro-Hindia di bidang pemerintahan.
- Berusaha untuk memperoleh hak bagi semua orang Hindia.
- Dalam pengajaran, harus memiliki tujuan untuk kepentingan ekonomi Hindia serta memperkuat ekonomi mereka yang lemah.
Demikian pembahasan mengenai sejarah terbentuknya Indische Partij hingga pembubarannya serta beberapa tujuan dan program kerjanya. Semoga penjelasan kali ini dapat bermanfaat untuk teman-teman. Sampai bertemu di pembahasan berikutnya. Semangat belajar ya!
Tidak ada komentar