Selain kelompok jamur ascomycota, dan basidiomycota, jamur yang termasuk dalam kelompok fungi adalah jamur deuteromycota.
Daftar Isi
Berbeda dari tiga jenis fungi yang lain, kelompok jamur deuteromycota merupakan satu-satunya jenis kelompok jamur dalam kelompok fungi yang belum diketahui dengan jelas bagaimana tahapan seksualnya pada saat bereproduksi.
Kelompok jamur deuteromycota tidak memiliki askus seperti yang dimilki oleh kelompok jamur ascomycota, juga tidak memiliki basidium seperti yang dimiliki oleh kelompok jamur basidiomycota. Oleh karena itu, jamur jenis ini sering juga disebut dengan jamur yang tidak sempurna.
Kelompok jamur deuteromycota bereproduksi secara aseksual melalui konodia, namun para ahli belum berhasil menemukan adanya proses reproduksi dengan cara seksual (generatif) pada jamur jenis ini, sehingga seluruh jenis fungi yang belum jelas bagaimana proses reproduksinya secara seksual (generatif) dikelompokan ke dalam kelompok deuteromycota.
Artikel Terkait
Oleh karena itu, kelompok jamur jenis ini sering disebut dengan kelompok jamur yang menjadi tempat sampah bagi jamur-jamur yang proses reproduksi generatifnya belum dapat dipastikan.
Jika ada salah satu jamur dalam kelompok jamur deuteromycota yang sudah ditemukan proses reproduksinya secara generatifnya, maka jamur itu akan dimasukan ke dalam kelompok jamur ascomycota ataupun basidiomycota.
Struktur Tubuh Deuteromycota

Struktur tubuh deuteromucota tersusun atas hifa, claosporium, alternaria, phialophora serta conodium.
Cara Hidup Deuteromycota
Deuteromycota dapat menjadi saprofit di berbagai macam jenis materi organik, dapat juga menjadi parasit pada tanaman.
Deuteromycota juga dapat hidup di kulit manusia sehingga menyebabkan dermatokinosis (kurap dan panu).
Jamur jenis ini juga dapar menyebabkan pelapukan pada kayu.
Cara lain yang digunakan deuteromycota untuk hidup adalah dengan cara menangkap mangsanya menggunakan hifa yang bisa menusuk, bisa juga dengan cara menumpang pada amuba.
Salah satu dari kelompok jamur deuteromycota penghuni tanah juga ada yang memiliki kemampuan untuk menangkap cacing nematoda dengan cara membentuk hyphal loop atau yang bisa juga disebut dengan cincin hifa.
Ukuran dari cicin hifa lebih kecil dari ukuran tubuh nematoda dengan kedua ujungnya yang berbentuk runcing.
Jika ada cacing atau nematoda yang kepalanya terjebak di dalam cincin hifa, maka cacing atau nematoda itu cenderung berusaha untuk keluar dengan bergerak maju, sehingga cacing itu akan terjebak pada kumparan hifa deuteromycota.

Apabila sudah berhasil menjerat nematoda, maka akan terbentuk haustoria yang tumbuh serta menembus masuk ke dalam tubuh si cacing itu, kemudian mencernanya.
Salah satu contoh jamur yang terdapat pada kelompok deuteromycota adalah monilia sitophila atau yang bisa juga disebut sebagai jamur oncom, jamur ini umumnya digunakan untuk pembuatan oncom yang terbuat dari bungkil kacang.
Monilia juga dapat tumbuh dari sisa- sisa makanan, tongkol jagung, dan pada tonggak-tonggak atau sisa rumput yang terbakar, memiliki jumlah konodium yang banyak dan berwarna jingga.
Reproduksi Deuteromycota

Seperti yang sebelumnya sudah dijelaskan, reproduksi deuteromycota hanya bisa dilakukan dengan cara aseksual (vegetatif). Berikut penjelasan lengkap tentang reproduksi deuteromycota.
Reproduksi Aseksual Deuteromycota (Vegetatif)
Reproduksi deuteromycota secara aseksual (vegetatif) dilakukan dengan cara melalui konidia yang berarti terbentuknya sebuah hifa khusus yang disebut sebagai konidiofor, namun belum diketahui tahap seksualnya.
Selain itu, reproduksi deuteromycota secara aseksual (vegetatif) juga dapat terjadi ketika terdapat pembentukan blastospora (tunas) dan juga artrospora (membentuk spora dengan benang hifa).
Reproduksi Paraseksual Deuteromycota (Generatif)
Walaupun reproduksi jamur jenis ini tidak dilakukan dengan cara seksual (generatif), tetapi pada jamur jenis ini masih dapat terjadi proses rekombinasi genetik, sehingga para ahli menyebutnya dengan para seksualitas.
Siklus reproduksi deuteromycota dengan cara paraseksual merupakan proses pengiriman materi genetik itu tanpa melalui pembelahan meiosis serta juga perkembangan dari struktur seksual.
Ciri-ciri Deuteromycota
Berikut beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh jamur deuteromycota.
- Memiliki banyak sel (Multiseluler), tapi terdapat beberapa jamur jenis ini merupakan organisme yang memiliki hanya satu buah sel dan juga membentuk sebuah pseudomiselium (miselium semu) jika berada di kondisi atau lingkungan yang tepat dan menguntungkan.
- Hampir sebagian besar dari jenis jamur jenis ini ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Manusia harus menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu untuk melihat jamur jenis ini, karena jamur deuteromycota bersifat mikroskopis.
- Dinding sel yang terbentuk dari suatu zat yang bernama kitin.
- Pembentukan spora dengan cara vegetatif (aseksual), untuk fase seksualnya sendiri belum dapat diketahui dengan pasti, sehingga jamur jenis ini disebut jamur yang tidak sempurna.
- Bereproduksi dengan cara membentuk spora aseksual, yakni dengan melalui fragmentasi serta konidium yang bersel tunggal (uniseluler) atau juga yang bersel banyak (multiseluler).
- Banyak yang memiliki sifat parasit atau merusak yang berakibat kerugian pada mahluk hidup lain, seperti timbulnya penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia serta juga tanaman budidaya.
- Selain hidup secara parasit, jamur deuteromycota juga dapat hidup secara saprofit.
- Biasanya jenis jamur ini tumbuh pada tempat yang memiliki kadar kelembaban yang tinggi.
Peranan Jamur Deuteromycota Berdasarkan Jenisnya
- Epidermophyton floorosum berperan sebagai penyebab penyakit kutu air.
- Altenaria sp. dan fusaarium sp. berperan sebagai parasit pada tanaman kentang.
- Malaria bulu rambut berperan sebagai penyebab penyakit tinea versikolor.
- Trychophyton ton asuransi dan trychophyton tonsillitis berperan sebagai penyebab ketombe pada rambut.
- Fusarium dan fusaarium sp. berperan sebagai jamur yang menjadikan tumbuhan tomat sebagai inang.
- Trichophyton sp. berperan sebagai penyebabkan penyakit kurap pada manusia.
- Tic versicolor berperan sebagai penyebab penyakit kaki pada atlet.
- Helminthospora oryzae berperan sebagai parasit yang dapat merusak kecambah dan beberapa tanaman lainnya.
- Tryghophyton sp. dan Mycrosporum sp. berperan sebagai penyebab penyakit kurap.
- Katakan candida berperan sebagai penyebab infeksi pada vagina.
- Kurva sp. berperan sebagai parasit hidup.
- Rolfsie sclerothium berperan sebagai penyebab pembusukan tanaman.
- Chaclosporium sp. berperan sebagai parasit dalam buah dan sayuran.
Baca Juga: Gambar dan Ciri Jamur Ascomycota
Tidak ada komentar