Hello, sahabat studioliterasi. Kali ini, kita akan belajar mengenai Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera. Yuk langsung simak informasi dibawah ini!
Daftar Isi
Apa kalian tahu bahwa ajaran agama agama Islam di Indonesia masuk ke Pulau Sumatera sejak abad 13M?
Berdasarkan data sejarah, kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, terutama Kerajaan Islam di Sumatera mengalami perkembangan pesat pada masa itu. Hal ini disebabkan oleh pengaruh dari jalur perdagangan dari Timur Tengah, India, dan negara-negara lainnya. Dengan berkembangnya ajaran agama Islam di Indonesia, kerajaan-kerjaan Islam pun juga mulai tersebar. Tidak hanya di Pulau Jawa, namun di wilayah seperti Sulawesi dan juga Sumatera.
Sejarah dan Bukti Tertulis Peradaban dan Kerajaan Islam di Sumatera
Sudah sepatutnya kita memahami terlebih dahulu mengenai sejarah serta bukti tertulis adanya peradaban Islam di Indonesia, sebelum mengetahui lebih jauh tentang kerajaan Islam di Sumatera. Berikut merupakan bukti mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya Islamisasi di Sumatera:
Artikel Terkait
- Contoh Kalimat Fakta: Pengertian & Cara Mencarinya!by Amanda Rayta (Studio Literasi) on November 30, 2023 at 2:12 pm
Contoh Kalimat fakta merupakan salah satu kalimat yang hampir dapat kita jumpai di berbagai sumber, seperti artikel pada website, brosur, buku hingga tulisan pada layar televisi. Jika kalimat tersebut sesuai dengan apa yang terjadi dan dilakukan, maka dapat disebut sebagai kalimat fakta. Singkatnya, kalimat fakta itu kalimat yang menjelaskan bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Oh Artikel Contoh Kalimat Fakta: Pengertian & Cara Mencarinya! pertama kali tampil pada Studio Literasi.
- Contoh Kalimat Deskripsi, Cara Membuatnya & Kegunaannya!by Amanda Rayta (Studio Literasi) on November 29, 2023 at 2:51 pm
Selain mempelajari kalimat definisi, pada pelajaran Bahasa Indonesia kita juga mempelajari tentang kalimat lainnya. Salah satunya, kalimat deskripsi. Kalimat ini termasuk yang mudah untuk dipelajari serta dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari kita. Karena caranya dengan hanya melihat objeknya secara langsung. Kita sudah bisa mendeskripsikan dari berbagai unsur. Misal kalau makhluk hidup berupa fisik dan perilaku. Sedangkan, Artikel Contoh Kalimat Deskripsi, Cara Membuatnya & Kegunaannya! pertama kali tampil pada Studio Literasi.
- Kalimat Definisi: Pengertian Ahli, Cara Membuat & Contoh!by Aloysius Juhandi (Studio Literasi) on November 28, 2023 at 1:02 pm
Ada berbagai macam kalimat yang pernah kita pelajari pada saat pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satunya adalah kalimat definisi. Kalimat ini biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu objek atau topik yang kita bicarakan. Ternyata, kalimat ini memiliki pengertian yang lebih luas, yang bukan hanya sekadar pengertian dan contoh saja. Untuk lebih luasnya akan Studioliterasi akan membahasnya melalui Artikel Kalimat Definisi: Pengertian Ahli, Cara Membuat & Contoh! pertama kali tampil pada Studio Literasi.
- Cara Mempelajari Volume Kubus & Rumusnya!by Amanda Rayta (Studio Literasi) on November 27, 2023 at 3:40 pm
Ketika berada di kelas 5 dan 6 SD, kita mendapatkan materi mengenai bangun ruang , pada pelajaran Matematika. Materinya sudah lebih mendalam pembahasannya. Salah satunya, materi tentang menghitung volume. Materi ini merupakan salah satu materi yang bisa dibilang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Maka tidak heran banyak yang tidak paham dan akhirnya pada saat Artikel Cara Mempelajari Volume Kubus & Rumusnya! pertama kali tampil pada Studio Literasi.
Pernikahan
Sumber literatur Arab menyebutkan bahwa kapal-kapal dagang milik Arab sudah berlayar ke Indonesia sejak 7M. Pada masa berlayar dan berdagang ini, terjadilah hubungan pernikahan antara pedagang Arab dan penduduk Sumatera. Hal ini kemudian mendorong para penduduk setempat yang sudah menikah dengan pedagang Arab untuk masuk agama Islam.
Letak Geografis
Palembang yang pada saat itu merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya, memiliki letak geografis yang dapat dibilang strategis, sehingga menjadi salah satu pusat perdagangan serta persinggahan para saudagar Arab yang berlayar di Selat Malak. Jalur yang dilewati oleh para pedagang ini merupakan jalur yang akan membawa mereka ke Cina dan daerah di Asia Timur lainnya, serta jalur barat yang membawa mereka ke India dan Arab yang mana apabila diteruskan akan membawa mereka ke Eropa. Persinggahan inilah yang memungkinkan terjadinya Islamisasi di Kerajaan Sriwijaya.
Catatan Sejarah dan Bukti Tertulis mengenai Islam di Sumatera
- Makam seorang wanita bernama Tuhar Amisuri di Barus
- Makam Malik as Saleh di Meunasah Beringin, Kabupaten Aceh Utara pada abad ke 13M
- Catatan sejarah Cina yang ditulis oleh I Tsing yang mengatakan bahwa ia berlayar ke India dan sedang dalam perjalanan kembali ke Cina, namun di tertahan di Palembang. Ia membuat catatan mengenai kota dan penduduk di tempat ia tertahan. Catatan ini mengatakan adanya dua tempat di tepi selat Malaka pada abad ke 7M yang menjadi tempat singgah para musafir Islam. Para musafir ini diterima dengan baik oleh penduduk dan penguasa setempat.
- Sejarah T’ang memberitakan bahwa ada utusan raja Arab yang datang ke Kalingga pada 674M, dan dapat dipastikan bahwa di Sumatera Selatan juga terjadi proses Islamisasi. Terlebih lagi, T’ang menyebutkan tentang keberadaan kampung Arab muslim di pantai Barat Sumatera.
Seperti yang diketahui, berdasarkan banyak sumber yang membuktikan awal mula proses Islamisasi di Sumatera, dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan damai yaitu melalui jalur perdagangan, tanpa peperangan atau invasi militer atau agama. Hal ini yang mungkin membuat Sriwjaya, yang pada saat itu berpusat pada kegiatan penyebaran agama Budha, dapat menerima datangnya Islam di wilayahnya.
Setelah memahami lebih lanjut mengenai awal mula peradaban Islam di Sumatera, berikut merupakan ringkasan mengenai kerajaan Islam di Sumatera.
Kerajaan Islam di Sumatera – Kesultanan Perlak

Keberadaan Kesultanan Perlak
Kerajaan Islam di Sumatera yang pertama adalah Kesultanan Perlak. Kesultanan Perlak berdiri pada abad ke 9M. Kerajaan ini meraih masa kejayaannya pada saat Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat II memerintah. Perkembangan kerajaan ini sangat baik, terutama dalam bidang pendidikan Islam dan dakwah Islamiah. Dipercayai raja Perlak menitahkan kedua puterinya yaitu Putri Ganggang Sari dan Putri Ratna Kumala dengan pangeran dari Kerajaan Samudera Pasai.
Pernikahan inilah yang kemudian membuat Perlak mendapatkan kesejahteraan. Selain itu, Kesultanan ini sangat dikenal di kalangan para pedagang baik Arab maupun non-Arabm terutama Bandar Khalifah yang menurut Ali Hajsmy merupakan pelabuhan penting tempat persinggahan para pedagang maupun musafir yang sedang dalam perjalanan ke Cina atau kembali ke Asia Barat.
Peninggalan Kerajaan Perlak
Sebagai kerajaan Islam di Sumatera yang pertama, berikut merupakan peninggalan-peninggalan kerajaan ini yang berupa:
- Mata Uang
Kerajaan ini memiliki tiga jenis mata uang, yakni emas (dirham), perak (kupang), dan tembaga (kuningan). Mata uang tersebut menjadi mata uang yang tertua di Tanah Air. Terdapat sesuatu yang unik pada salah satu sisinya, yaitu terdapat tulisan ‘A’la’ dan ‘Sulthan’ pada sisi lainnya. Hal ini merujuk Perdana Menteri pada masa Sultan Makhdum Alaidin Ahmad Syah Jouhan Berdaulat.
- Stempel
Stempel juga merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan ini yang mana stempel ini menggunakan bahasa Arab dan membentuk kalimat ‘Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512’ yang merupakan bagian dari Kerajaan Perlak.
- Makam raja.
Peninggalan yang terakhir adalah makam raja Benoa yangmana Benoa adalah negara bagian dari Kerajaan Perlak dan terletak di tepi sungai Trenggulon. Pada makam ini, terdapat tulisan dalam bahasa Arab di nisannya, dan diperkirakan dibuat sekitar abad ke 4H.
Runtuhnya Kerajaan Perlak
Keruntuhan Kerajaan Perlak disebabkan oleh kemunduran. Menurut sejarah, anggota keluarga kerajaan ini saling berebut kekuasaan pemerintahan. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan dalam sistem pemerintahannya. Para pedagang yang mengetahui hal tersebut memutuskan untuk pergi ke tempat lain, yaitu Pasai. Akhirnya, kerajaan ini pun runtuh dan berganti menjadi Kerajaan Samudera Pasai.
Kerajaan Islam di Sumatera – Samudera Pasai

Awal Mula Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Islam di Sumatera yang akan kita bahas selanjutnya adalah Samudera Pasai. Pada awal abad ke 12, pedagang dari Persia, Gujarat, dan Arab membawa ajaran Islam aliran Syiah ke pantai Timur Sumatera, terutama di Perlak dan Pasai. Pada saat itu, aliran ini berkembang di Persia dan Hindustan. Terlebih lagi, Dinasti Fatimiah yang merupakan penganut Islam aliran Syiah saat itu sedang berkuasa di Mesir. Mereka berdagang serta menetap di muara Sungai Perlak dan Pasai dengan mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah ini runtuh pada tahun 1268 dan digantikan oleh Dinasti Mamluk yang beraliran Syafi’i.
Dinasti Mamluk ini menumpas orang-orang Syiah di Mesir dan juga di pantai Timur Sumatera. Utusan dari Mamluk yang bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang pada mulanya menganut aliran Syiah kemudian berubah menganut aliran Syafi’i. Ia kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Zahir, sedangkan putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur lebih memilih memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah. Pada saat Majapahit melakukan perluasan ke seluruh Nusantara, Kerajaan Pasai berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Berikut ini merupakan urutan para raja-raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
a. Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh)
b. Sultan Malikul Zahir (wafat tahun 1326)
c. Sultan Muhammad (wafat tahun 1354)
d. Sultan Ahmad Malikul Zahir (Al Malik Jamaluddin) (meninggal tahun 1383)
e. Sultan Zainal Abidin (meninggal tahun 1405)
f. Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin) (meninggal pada tahun 1428)
Bukti Keberadaan Samudera Pasai
- Catatan Ibnu Batutah
Keberadaan Samudera Pasai ini diperkuat oleh catatan Ibnu Batutah yang merupakan sejarawan dari Maroko, Kronik orang-orang Cina pun turut membuktikan hal ini.
Menurut Ibnu Batutah, Samudera Pasai merupakan pusat pembelajaran Islam. Batutah berkunjung ke kerajaan ini pada tahun 1345-1346. Ia menyebut Samudera sebagai “Sumutrah”, yang kemudian menjadi Sumatera.
Batutah menjelaskan bahwa ketika ia dalam perjalanan dari Delhi, India menuju ke Cina, ia singgah sebentar di pelabuhan Samudera Pasai. Lalu ia dijemput oleh seorang laksamana muda yang bernama Bohruz. Laksamana ini memberitakan kedatangannya kepada Raja. Batutah kemudian diundang ke Istana dan bertemu dengan Sultan Muhammad, cucu dari Malik as-Saleh. Terdapat berita yang menyatakan bahwa Sultan ini memiliki hubungan dengan Sultan Mahmud di Delhi dan Kesultanan Usmani Ottoman. Selain itu, terdapat kabar juga bahwa ada pegawai dari Isfahan (Kerajaan Safawi) yang mengabdi di Kerajaan Pasai. Hal inilah yang menyebabkan karya sastra dari Persia begitu populer di Samudera Pasai.
Bentuk sastra Persia ini mempengaruhi bentuk kesusastraan Melayu dikemudian hari. Berdasarkan catatan Batutah, Islam sudah ada di Samudera Pasai sejak sekitar abad ke 12M. Raja dan rakyat di Samudera Pasai mengikuti Mazhab Syafi’i. Setahun lamanya ia di Pasai, Batutah segera melanjutkan perjalanannya ke Cina, kemudian kembali ke Samudera Pasai pada tahun 1347.
- Peninggalan Mata Uang Dirham
Ditemukannya mata uang dirham yang digunakan sebagai alat-tukar dagang ini juga merupakan bukti keberadaan Kerajaan Samudera Pasai. Pada mata uang ini tertulis nama para sultan yang pernah memerintah kerajaan.Nama-nama sultan yang tercetak pada uang tersebut memerintah sejak abad ke 14-15, diantaranya:
Sultan Alauddin,
Mansur Malik Zahir,
Abu Zaid Malik Zahir,
Muhammad Malik Zahir,
Ahmad Malik Zahir,
Abdullah Malik Zahir.
Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai dikuasai oleh bangsa Portugis pada abad ke 16, ketika mereka berhasil memasuki perairan Selat Malaka pada 1521 hingga 1541. Kemudian, wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam dimana yang menjadi raja pada waktu itu adalah Sultan Ali Mughayat.
Kerajaan Islam di Sumatera – Kerajaan Aceh

Berdirinya Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530 setelah melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie. Pada tahun 1564, Kerajaan Aceh berada di bawah pimpinan Sultan Alaudin al-Kahar (1537-1568). Sultan Alaudin al-Kahar kemudian menyerang kerajaan Johor dan berhasil menangkap Sultan Johor. Meski begitu, kerajaan Johor tetap berdiri dan menentang Aceh. Pada masa pimpinan Alaudin Riayat Syah, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman datang untuk meminta ijin berdagang di Aceh.
Pengganti Alaudin Riayat Syah adalah Sultan Ali Riayat yang dikenal dengan panggilan Sultan Muda. Sultan Muda lalu berkuasa sejak tahun 1604-1607. Pada masa pemerintahannya inilah Portugis menyerang Kerajaan Aceh dengan motif ingin melakukan monopoli perdagangan di Aceh, namun usaha tersebut tidak berhasil.
Baca Juga : Sejarah Bendera Merah Putih
Kejayaan Kerajaan Aceh
Sultan Muda lalu digantikan oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1636. Pada masa ini, kerajaan Aceh mengalami kejayaan dalam bidang perdagangan. Terjadi banyak penaklukan wilayah yang berdekatan dengan Aceh pada masa ini, seperti Deli (1612), Bintan (1614), Kampar, Pariaman, Minangkabau, Perak, Pahang dan Kedah (1615-1619).
Sultan-Sultan Lain Kerajaan Aceh
- Sultan Iskandar Sani
Kemunduran Kerajaan Aceh mulai dapat dirasakan sejak Sultan Iskandar Muda digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (Sultan Iskandar Sani) yang memimpin pada tahun 1637-1642. Iskandar Sani merupakan menantu dari Sultan Iskandar Muda. Berbeda dengan Sultan Iskandar Muda, Sultan Sani lebih berfokus pada program pembangunan dalam negeri daripada ekspansi ke luar negeri. Pada masa pemerintahan Sani yang tergolong singkat ini, yakni empat tahun lamanya, keadaan Kerajaan Aceh damai dan sejahtera. Pada masa ini, hukum syariat Islam ditegakkan di Aceh, serta hubungan Aceh dengan kerajaan yang berada dibawahnya menjadi baik tanpa adanya tekanan politik maupun militer.
Selain itu, pada masa pemerintahan Iskandar Sani, ilmu pengetahuan Islam berkembang dengan pesat. Hal ini dibuktikan dengan datangnya Nuruddin ar-Raniri yang merupakan pemimpin tarekat dari Gujarat, India, yang mana beliau kemudian diangkat menjadi penasihat Kerajaan. Namun, pada masa ini juga terdapat pertikaian antara Teuku yang merupakan golongan bangsawan dengan Teungku yang adalah golongan agama.
- Sultan Perempuan
Setelah mundurnya Sultan Iskandar Sani, Aceh kemudian diperintah oleh empat sultanah atau sultan perempuan yang secara berturut-turut, yaitu:
-Sultanah Safiatuddin Tajul Alam
-Sri Ratu Naqiyatudin Nurul Alam
-Inayat Syah
-Kamalat Syah
Kemudian saat masa pemerintahan Kamalat Syah, turunlah sebuha fatwa dari Mekah yang mengatakan bahwa Aceh dilarang untuk dipimpin oleh kaum wanita.
- Sultan Alam Aminuddin
Sultan Aceh yang bernama Saiful Alam pernah bertikai dengan seseorang yang Jawharul Alam Aminuddin pada masa pemerintahannya. Pertikaian ini dinilai sebagai kesempatan emas oleh Gubernur Jenderal Inggris yaitu Thomas Stanford Raffles yang memiliki keinginan untuk menguasai Aceh. Terhitung pada tanggal 22 April Tahun 1818, Raffles yang saat itu bekedudukan di Bengkulu kemudian mengadakan perjanjian dagang dengan Aminuddin. Akhirnya, dengan bantuan pasukan Inggris inilah Aminuddin berhasil menjadi Sultan di Kerajaan Aceh.
Runtuhnya Kerajaan Aceh
Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian pada tahun 1824 di London yangmana isi perjanjiannya adalah larangan untuk mengadakan praktik kolonialisme di Aceh. Namun begitu, berdasarkan keputusan trakat tahun 1871, Belanda berhak memperluas wilayah jajahannya ke Aceh. Lalu, dua tahun kemudian Belanda menyerang Aceh dengan alasan Aceh melindungi para bajak laut. Sejak inilah, Aceh terlibat peperangan dengan Belanda. Sebab inilah muncul para pahlawan tangguh dari Aceh yaitu Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Panglima Polim.
Perang Aceh ini berhenti pada tahun 1912 setelah Belanda berhasil mengetahui taktik perang yang digunakan oleh orang Aceh. Kerajaan Aceh atau yang kerap dikenal sebagai Serambi Mekah telah berdiri selama lebih dari tiga abad kemudian mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh serangan dari Belanda. Keberhasilan Belanda ini didapatkan berkat bantuan dari Dr. Snouck Horgronje yang menyamar sebagai seorang muslim di Aceh. Meski begitu, pada tahun 1945, Aceh menjadi bagian dari Indonesia.
Bagaimana teman-teman? Apakah rangkuman mengenai materi Kerajaan Islam di Sumatera ini sudah membantu kalian untuk memahami lebih jauh mengenai peradaban Islam dan sejarah serta peninggalan Kerajaan Islam di Sumatera?
Semoga dapat bermanfaat. Sampai jumpa!
Tidak ada komentar