Kerajaan Kediri dikenal dengan nama Kerajaan Panjalu. Kerajaan ini berdiri pada sekitar abad ke-12 tahun 1042-1222. Berada di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur, dahulu kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno dengan corak Hindu. Bagaimana kehidupan masa kerajaan ini berdiri dan apa penyebab keruntuhannya? Simak artikel kali ini hingga selesai!
Daftar Isi
Awalnya, kerajaan ini adalah hasil pembagian wilayah kerajaan Kahuripan. Airlangga pada tahun 1041 M membagi dua kerajaan hingga terbentuklah Kerajaan Jenggala dan Panjalu, yang berbatasan dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Dari Prasasti Sirah Keting (1104 M), diketahui raja pertama Kediri adalah Raja Sri Jayawarsa. Pusat kerajaan Kediri adalah Daha, yang saat ini merupakan Kota Kediri.
Kehidupan Politik

Politik kerajaan Kediri bermula dari perang saudara antara Samarawijaya di Panjalu dan Panji Garasakan yang berkuasa di Jenggala. Keduanya tidak bisa hidup berdampingan dan berkonflik. Akhirnya, terjadi perebutan kekuasaan antara keduanya di tahun 1052 M.
Panji Garasakan pun di tahap pertama bisa mengalahkan Samarawijaya. Lalu, di Jenggala, mulai berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan. Pada tahun 1059 M seorang raja bernama Samarotsaha memimpin kerajaan.
Artikel Terkait
- Struktur Teks Laporan Percobaan, Ciri-Ciri dan Contohnyaby Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on September 17, 2023 at 11:48 am
Teks laporan percobaan merupakan salah satu jenis teks yang ada dalam materi Bahasa Indonesia. Teks ini berfungsi untuk melaporkan percobaan yang dilakukan oleh seorang penulis. Penulisannya tentu tidak boleh asal, sebab teks ini harus menyatakan fakta hasil dari percobaan dan disusun dengan sistematis. Untuk mengetahuinya lebih jauh, simak artikel berikut hingga akhir, Kawan Literasi! Apa Artikel Struktur Teks Laporan Percobaan, Ciri-Ciri dan Contohnya pertama kali tampil pada Studio Literasi.
- 13 Tanda Baca, Fungsi, dan Contoh Penggunaan sesuai EYDby Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on September 17, 2023 at 8:38 am
Dalam suatu kalimat, terdapat tanda baca yang biasanya digunakan. Baik itu kalimat pernyataan, kalimat tanya, atau kalimat seruan. Masing-masing menggunakan tanda baca sesuai fungsinya. Contohnya, tanda titik (.) yang umumnya digunakan untuk mengakhiri suatu kalimat berita. Fungsi tanda baca adalah memudahkan pembaca untuk memberi jeda, mengetahui struktur suatu kalimat, dan menentukan intonasi. Lalu, bagaimana fungsi Artikel 13 Tanda Baca, Fungsi, dan Contoh Penggunaan sesuai EYD pertama kali tampil pada Studio Literasi.
- Pencemaran Tanah: Komponen Pencemar, Dampak, dan Penangananby Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on September 17, 2023 at 2:01 am
Pencemaran tanah terjadi jika terdapat makhluk hidup, zat, maupun komponen lain ke dalam tanah hingga kualitas tanah menurun. Biasanya pencemaran tanah kerap terjadi akibat bahan kimia buatan manusia yang merubah lingkungan tanah. Apa saja sumber pencemaran tanah, dampak, dan cara menanganinya? Untuk mengetahuinya, simak artikel Studio Literasi kali ini hingga akhir, Kawan Literasi! Pencemaran Tanah Artikel Pencemaran Tanah: Komponen Pencemar, Dampak, dan Penanganan pertama kali tampil pada Studio Literasi.
- Konjungsi: Ketahui Jenis-Jenis hingga Contoh Penggunaannyaby Andira Adi Fitria (Studio Literasi) on September 5, 2023 at 3:44 am
Konjungsi lebih akrab disebut sebagai kata hubung. Konjungsi berfungsi menghubungkan dua klausa maupun frasa dalam sebuah kalimat agar saling berkesinambungan. Contoh paling umum yaitu dan, tetapi, maupun, sedangkan, dan lain sebagainya. Namun tahukah Kawan Literasi jika konjungsi memiliki berbagai macam jenis dan penggunaannya yang berbeda? Simak artikel Studio Literasi kali ini hingga selesai untuk mengetahuinya Artikel Konjungsi: Ketahui Jenis-Jenis hingga Contoh Penggunaannya pertama kali tampil pada Studio Literasi.
Pada 1104 M, tampillah Kerajaan Panjalu sebagai rajanya Jayawangsa, yang mana kerajaannya dikenal dengan Kerajaan Kediri dengan ibu kota di Daha. Tahun 1117 M, Bameswara menjadi raja Kediri. Pada saat itu, ada prasasti yang ditemukan, diantaranya Prasasti Padlegan (117 M) dan Prasasti Panumbangan (1120 M), yang berisi tentang status perdikan untuk beberapa desa.
Terdapat raja yang sangat terkenal pada tahun 1135, yaitu Raja Jayabaya. Ia meninggalkan tiga prasasti, yaitu Prasasti Hantang/Ngantang (1135 M), Prasasti Talan (1136 M), dan Prasasti Desa Jepun (1144 M).
Peperangan merupakan cara berpolitik untuk memperebutkan kekuasaan di Kediri. Namun, pada era Jayabaya banyak terjadi perubahan, hingga kehidupan Kerajaan Kediri menjadi teratur dan mencapai kemakmuran.
Baca juga: Pengertian Sejarah, Ruang Lingkup, serta Unsur-Unsurnya
Kehidupan Sosial dan Budaya

Meskipun menganut agama Hindu, masyarakat Kerajaan Kediri tidak menganut sistem kasta, sesuai dengan yang tertulis pada Kitab Lubdaka. Kitab tersebut juga menyebutkan bahwa tinggi rendahnya nilai serta martabat seseorang bukanlah berdasarkan keturunan maupun kedudukannya, melainkan dari sifat serta sikapnya.
Dalam bidang kebudayaan, perkembangan seni sastra dan pertunjukan wayang sangatlah menonjol di Kediri, salah satunya yaitu Wayang Panji. Sementara itu, karya sastra yang cukup terkenal dari kerajaan Kediri adalah Kitab Baratayuda, Kitab Kresnayana, Kitab Smaradahana, dan Kitab Lubdaka.
- Kitab Baratayuda
Kitab Baratayuda menggambarkan terjadinya perang saudara antara Panjalu dengan Jenggala dan ditulis pada masa kepemimpinan Jayabaya. Peperangan tersebut digambarkan dengan perang antara Kurawa dengan Pandawa yang masing-masing adalah keturunan dari Barata.
- Kitab Kresnayana
Mpu Triguna, pada masa Raja Jayaswara memimpin kerajaan, menulis kitab bernama Kitab Kresnayana. Isi kitab tersebut adalah tentang perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini.
- Kitab Smaradahana
Ditulis oleh Mpu Darmaja pada zaman Raja Kameswari, kitab ini berisi tentang sepasang suami istri, Smara dan Rati, yang menggoda Dewa Syiwa yang sedang bertapa. Keduanya dikutuk dan mati terbakar oleh api (Dahana) karena kesaktian Dewa Syiwa. Namun, keduanya dihidupkan lagi dan menjelma sebagai Kameswara dan permaisurinya.
- Kitab Lubdaka
Penulis kitab ini adalah Mpu Tanakung. Mpu Tanakung menulisnya pada masa kepemimpinan Raja Bameswara. Isi kitab ini adalah tentang seorang pemburu bernama Lubdaka yang banyak melakukan pembunuhan, kemudian mengadakan pemujaan terhadap Syiwa, sehingga rohnya yang seharusnya masuk neraka menjadi masuk surga.
Baca juga: Sejarah Sumpah Pemuda, Isi Teks, dan Maknanya bagi Pelajar
Kehidupan Ekonomi

Masyarakat Kediri memiliki mata pencaharian utama dari pertanian, sebab hasil utamanya adalah padi. Selain itu, pelayaran dan perdagangan kerajaan Kediri juga sangat berkembang. Barang perdagangan di Kediri diantaranya adalah emas, perak, kayu cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat tentang pajak pun juga tinggi, di mana rakyat menyerahkan sebagian hasil bumi atau barang kepada pemerintah. Masyarakat juga telah menggunakan uang dari emas untuk alat pembayaran. Hal ini terlihat dari berbagai kronik Cina yang menyebutkan kehidupan ekonomi kerajaan Kediri.
Keruntuhan Kerajaan Kediri

Karena kedua anak Airlangga sangat ingin mewarisi tahta sang ayah, keduanya terus berperang (Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala) hingga sekitar 60 tahun. Akhirnya, Panjalu berhasil memenangkan perang tersebut dan meraih seluruh tahta warisan Raja Airlangga.
Kemenangan tersebut membuat ibu kota yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan berpindah ke Kediri. Karena itulah, nama Panjalu menjadi populer daripada Kediri. Setalah berdiri hingga sekitar 200 tahun lamanya, Kerajaan Kediri akhirnya mulai melemah setelah terjadi perselisihan antara Raja Kertajaya dengan Kaum Brahmana.
Saat Sri Maharaja Kertajaya memimpin kerajaan dari tahun 1194-1422, Ia sangat terkenal sebagai raja yang kejam dan jahat, bahkan mengaku bahwa Ia adalah jelmaan seorang dewa. Pada masa kekuasaannya, Ia memaksa kaum Brahmana menyembahnya dan berkata hanya dewa Siwa lah yang bisa mengalahkannya. Jika menolak, tanpa ragu Ia akan menyiksa kaum Brahmana.
Kemudian, kaum Brahmana memohon bantuan pada Ken Arok dari Tumapel untuk menghentikan kejahatan Kertajaya. Pada akhirnya, Ken Arok bisa membunuh Raja Kertajaya dan menguasai Kerajaan Kediri. Keberhasilan tersebut membuatnya ingin mendirikan kerajaan baru yang bernama Singosari.
Baca juga: Kerajaan Majapahit: Awal Mula, Masa Jaya hingga Keruntuhan
Demikianlah ulasan materi tentang kehidupan sejarah Kerajaan Kediri, masa kejayaan, hingga keruntuhannya. Semoga menambah wawasan Kawan Literasi semua!
Tidak ada komentar